Artikel ini telah dimuat di e-Majalah Zaitun.id (Paroki Kosambi Baru). Klik di sini!
Seusai Misa Kamis Putih, umat Katolik kerap dianjurkan untuk mengikuti Ibadat Tuguran. Ada aneka rangkaian jadwal ibadat “berjaga bersama Yesus” sampai tengah malam. Sebenarnya apa sih arti Tuguran? Mengapa ibadat ini perlu dilakukan?
A. Asal-Usul Istilah Tuguran
Tuguran berasal dari kata kerja Bahasa Jawa tugur artinya ‘berjaga-jaga’, ‘menanti di suatu tempat’, ‘membantu siang malam’ (di tempat orang punya kerja). Konon, sebelum populer istilah ronda, kata tugur atau tuguran digunakan untuk menjelaskan tugas jaga malam di perkebunan dan pedesaan pada masa penjajahan Jepang. Dengan begitu, istilah tuguran berkaitan erat dengan tugas untuk berdiam dan berjaga-jaga semalaman.
Gereja Katolik di Indonesia mengadopsi istilah tuguran karena adanya kesamaan dengan ajakan untuk “berjaga” bersama Yesus dan para murid-Nya setelah Misa Kamis Putih. Ibadat Tuguran–demikian namanya dikenal–dilakukan setelah prosesi atau perarakan Sakramen Mahakudus yang ditakhtakan di kapel atau tempat khusus untuk tugur atau berjaga.
B. Dasar Kitab Suci dari Ibadat Tuguran
Ibadat tuguran ingin menghadirkan kembali momen pengalaman ketiga murid Yesus yang diajak-Nya untuk berdoa di Taman Getsemani. Ketiga murid itu ialah Petrus, Yohanes, & Yakobus. Di Taman Getsemani, Yesus meminta mereka sungguh menemani Dia yang sedang memohon kekuatan rohani dari Allah Bapa untuk menghadapi penderitaan di Jalan Salib-Nya nanti. Sayangnya, ketiga murid tertidur sehingga Yesus menegur Petrus, “ Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?” (Mat. 26:40).

C. Praktik Ibadat Tuguran
Pelaksanaan Ibadat ini berpangkal pada model Ibadat Adorasi Ekaristi. Tradisi Gereja Katolik menghimbau agar umat meluangkan waktu di malam hari (sampai sebelum tengah malam) untuk ber-adorasi secara khidmat setelah Misa Kamis Putih. Memang tiada aturan tegas tentang durasi adorasi tersebut, sekalipun dalam Paschale Solemnitatis—dokumen kepausan seputar persiapan dan perayaan sekitar paskah. Pun begitu, pelaksanaan ibadat ini bisa menyesuaikan kondisi dan kebijakan setiap tempat doa ataupun paroki bersangkutan.
Referensi
Nardiati, Sri, Suwadji, Sukardi Mp., Pardi, dan Edi Suwatno. Kamus Bahasa Jawa-Bahasa Indonesia II. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993. https://repositori.kemdikbud.go.id/23923/1/KAMUS%20BAHASA%20JAWA%20-%20BAHASA%20INDONESIA%20II.pdf.
Congregation for Divine Worship and the Discipline of the Sacraments. Paschale Solemnitatis: Circular Letter Concerning the Preparation and Celebration of the Easter Feasts. 16 Januari 1988. https://www.liturgyoffice.org.uk/Calendar/Seasons/Documents/Paschale-Solemnitatis.pdf.
Nawi, Gusman J. “Tugur: Jaga Malam yang Dilupakan.” Sejarah Jakarta. 8 Mei 2019. https://sejarahjakarta.com/2019/05/08/tugur-jaga-malam-yang-dilupakan/.